Sumber Masalah, Jurnal… Ohh Jurnal!
Keputusan mentri
pendidikan untuk menjadikan jurnal ilmiah sebagai syarat kelulusan menimbulkan
pro dan kontra di dunia pendidikan saat ini. Tentu hal ini disambut denga
berbagai macam tanggapan dan ekspresi juga oleh banyak mahasiswa. Namun di luar
dari masalah pro dan kontranya pengdaan jurnal ilmiah sebagai salah satu syarat
kelulusan ternyata masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui kabar yang
sedang hangat diberitakan diberbagai media masa ini.
Ketidak tahuan kabanyakan
mahasiswa ini diakibatkan oleh kurangnya minat membaca yang dimiliki mahasiswa
jaman sekarang. Tidak dipungkiri mahasiswa saat ini memiliki keinginan untuk
membaca yang sangat minim sehingga kabar-kabar yang berhubungan dengan profesi
“kemahasiswaannya” juga tidak dirasakan. Inilah yang merupakan kunci dari
kemampuan mengasah kepekaan social yang semakin memudar dikalangan mahasiswa.
Walaupun tidak smuanya demikian, namun toh kebanyakan seperti itu. Untuk
mahasiswa yang mengikuti akses buku dan mengikuti perkembangan buku-buku
terbaru nilai persentasenya hanya 4,87%. Nilai ini belum dengan nilai mahaiswa
yang tidak mengkuti perkembangan buku-buku terbaru sebanyak 22,17%. (Deni
Hardianto: 2008)
Membaca merupakan kunci
sukses dan perbuatan yang dapat mengukur kepribadian seseorang. Bagi seorang
mahasiswa membaca merupakan kewajiban dalam kehidupannya selama bersetatus
sebagai mahasiswa, apalagi seorang mahasiswa muslim. Seorang muslim wajib untuk
menyisihkan waktunya untuk membaca buku-buku yang bermanfaat bagi dunia dan
akhiratnya. Ini dilakukan sebagai wujud disiplin keilmuan dan mencari ilmu.
(Yusuf Al-Qordawi)
Dengan membaca
seseorang dapat mengerti banyak hal yang kemudian pemahamannya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan membaca pula seseoarng dapat memahami tentang urgensi dari
pribadi masing-masing sebagai bentuk pencarian jati diri. Namun kemuadian
muncul pertanyaan, apakah dengan minat baca yang minim mahasiswa dapat
mengaplikasikan ilmu yang sudah pasti juga didapat dari buku yang dipelajari?
Apakah dengan minat seperti ini mahasiswa akan mampu untuk bersaing di
luarnanti saat mereka lulus? Ini menjadi masalah yang patut dipecahkan bersama.
Dengan adanya keputusan
jurnal ini bukan berarti merupakan suatu hal yang buruk sebenarnya. Masalahnya
sudah dipaparkan diawal, bahwa yang menjadikan ini rumit adalah minat membaca
dari para mahasiswan. Sehingga motivasi dan dorongan merupakan hal utama yang
diperlukan untuk mendukung paramahasiswa saat ini. Ketegasan juga sangat dibutuhkan
dari pihak yang dapat mendukung langsung para mahasiswa, seperti Jurusan dan Fakultas
dimana para maasiswa belajar. Begitu juga pemerintah yang membuat keputusan
ini, harus mampu untuk memberikan solusi dan dukungan yang besar dalam pengaplikasian
keputusanyang telah ditetapkannya. Caranya mungkin dengan memberikan bantuan
buku yang dibutuhkan kepada setiap instansi pendidikan tinggi yang ada di
Indonesia atau dengan fasilitas lain yang mendukung keputusan tersebut.
Sehingga hal ini tidak terlalu memberatkan mahasiswa dan instansi tempat
mahasiswa belajar.
Wajib
2 Buku
Cara yang yang bisa
ditempuh untuk membantu sekaligus meningkatkan minat baca mahasiswa adalah
dengan mewajibkan mahasiswa membaca
minimal dua buku yang bersangkutan dengan matakuliah terkait. Dengan demikian
jika dalam satu semester mahasiswa mengambil tujuh matakuliah, mahasiswa akan
mampu menyelesaikan empat belas buku dalam satu semester. Dalam satu tahun akan
menghabiskan sekitar dupuluh delapan buku. Setidaknya hal ini dapat membantu
penusunan jurnal dan koleksi sumber belajar mahasiswa dalam menempuh bidang
study yang ditempuh.
Buku-buku yang dibaca
mahasiswa tentu tidak selamanya harus merupakan buku yang berhubungan dengan
jurusannya. Buku-buku lain yang berhubungan dengan agama, sosial politik,
kesehatan, dan lain-lain juga merupakan daftar buku yang harus dibaca oleh
paramahasiswa sebagai penambah wawasan mahasiswa. Tentu daftar buku ini diluar
dari daftar dua buku wajib yang tadi disinggung.
Jurnal bukan masalah
bagi mahasiswa di bangsa ini jika minat baca yang dimiliki mahasiswa juga
tinggi. Namun sejauh ini masalah rendahnya minat baca mahasiswa terhadap
buku-buku terkait dengan perkuliahannya saja susah bagaimana, paramahasiswa ini
akan mampu untuk membuat jurnal ilmiah yang menuntut pembuatnya lebih banyak
membaca lagi. Sumbermasalah ini dapat terpecahkan jika kita sama-sama saling
menginstropeksi ridak dengan saling memperdebatkan.
Tara
Ardyanto
Posting Komentar untuk "Sumber Masalah, Jurnal… Ohh Jurnal!"