Optimasi Siaran Pendidikan
Semakin hari semakin nampak bagaimana pengajaran di dalam
kelas semakin terkesan konvensional. Kemudian muncul berbagai macam metode
belajar yang mengutamakan bagaiaman pesrta didik dapat belajar sesuai dengan
gaya belajar nya masing-masing. Peserta didik atau siswa kemudian di berikan
kesempatan untuk belajar dengan gayanya sendiri. Peran seorang guru atau guru
pada umumnya kemudian berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran
sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yaang membantu
siswa untuk belajar (Sanjaya, 2010: 99).
Dalam perkembangan seperti ini
media sebagai salah satu unsur penting dalam pembelajaran selain metode belajar
menjadi sangat dibutuhkan. Arsyad (2006:15) meyampaikan “Fungsi utama media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,
kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru” sehingga
media menjadi salah satu unsur pokok bagi keberlangsungannya proses belajar
mengajar. Televisi mempunyai peran yang sama sebagai media pendidikan.
Arsyad (2006:51)berpendapat bahwa
televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya.
Oleh karena itu ia memiliki ciri-ciri tersendiri antara lain yaitu:
*Dituntun oleh
instruktur , seorang guru atau instruktur menuntun siswa melalui
pengalaman-pengalaman visual
*Sistematis, siaran
berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman
belajar terencana
*Teratur dan berurutan,
siaran disiarkan dengan selang waktu yang berurutan secara berurutan
di mana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya, dan
*Terpadu, siaran
berkaitan dengan pengalaman belajar lainnyaseperti latihan membaca, diskusi,
laboratorium, percobaan, menulis dan pemecahan masalah.
Kesanggupan peserta didik untuk
belajar mandiri melalui siaran-siaran pendidikan yang disiarkan melalui radio
dan televisi, membuat mereka mampu untuk menguasai sebuah materi atau mata
pelajaran tersebut sama seperti mereka yang mempelajari melalui tatap muka
dengan guru dikelas (Arsyad, 2006:52).
Menurut Nasution (2005: 106-107),
ada beberapa alasan menggunakan siaran radio dan televisi:
a. Siaran dapat membawa dunnia luar
kedalam kelas yang menyamai dunia langsung
b. Siaran merupakan sumber informasi yang
paling mutakhir dalam bentuk mudah dipahami,
disamping buku, film, gambar dan lain-lain
c. Siaran menciptakann suasana yang
menyenangkan, merangsang dan membangkitkan ide-ide baru
d. Siaran dapat memberi informasi yang tidak
segera dapat diberikan oleh guru
e. Cara penyajian oleh siaran sangat
hidup, menarik dan mengundang keterlibatan anak dalam peristiwa-peristiwa yang
diperlihatkan
f. Siaran dapat menyampaikan hal-hal yang
tidak dapat disajikan oleh guru seperti musik, bentuk-bentuk kebudayaan,
kesenian dan sebagainya
g. Siaran dapat mengembangkan kesanggupan dan
keterampilan atau teknik untuk melihat dan mendengarkan.
Kemampuan siaran televisi ini di
menurut Darwanto (2011:118) menyebabkan apabila seseorang melihat susunan
gambar dilayar televisi, merasakan ada sesuatu yang baru, disebabkan penonton
tadi hampir tidak dapat membedakan mana yang pernah dilihat, atau dengan
katalain, penonton hampir tidak dapat membedakan pengelaman yang dimiliki.
Hal ini berarti bahwa audio visual
dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang baru sesuai dengan pengelaman yang
telah dimiliki sebelumnya, atau dapat memberikan “pengalaman semu” atau
Simulated Experience
a. Melihat
sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya
b. Berjumpa
dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah dijumpai
c. Datang
kesuatu tempat yaang belum pernah dijumpai (Darwanto, 2011:119)
Lebih lanjut Darwanto menyampaikan
(2011:119-120) peranan televisi yang berpengaruh bagi gejala kejiwaan dari
terintegrasinya kelima indra dan munculnya pengalaman tiruan (Simulated
Experience)
“terintegrasikannya kelima indra
manusia dengan menonton media visual, akan mendapatkan informasi sebesar 10%
dari informasi yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya
pengalaman tiruan (simulated
Experience) dari media audio visual tadi. Pengalaman tiruan yang didapat
justru akan membarikan kesan yang dalam bagi penonton, dan inilah salah satu
karakteristik media televisi yang sangat baik dimanfaatkan untuk merencanakan
program siaran, khususnya program siaran pendidikan, sebab akan membuat
khalayak penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan
untuk hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk mengetahui hal-hal yang
lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan gejala kejiwaan, dimana
khalayak merasakan adanya perubahan emosinya, termasukk didalmnya berkenaan
dengan kesenangan, kesedihan, kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan
sebagainya.”
Dari keterangan tersebut siaran
program pendidikan menjadi sangaat penting dalam pertelevisian bagi sebuah
negara, khususnya negara yang sedang berkembang. Hal tersebut dikarenakan
siaran program pendidikan dapat digunakan sebagai pemerata pendidikan didaerah-daerah
yang belum terratakan pendidikannya oleh pendidikan formal. Sehingga dengan
demikian siaran pendidikan yang di tayangkan di televisi mampu untuk
mengantikan peran pendidikan formal.
Mengenai klasifikasi program siaran
pendidikan mengutip dari pendapat Darwanto (2011) tentang klasifikasi siaran
pendidikan, ada dua bentuk klasifikasi. Klasifikasi tersebut adalah siaran
pendidikan sekolah (School
Broadcasting) dan siaran pendidikan sepanjang masa (life Long Education)
Siaran pendidikan sekolah adalah
siaran yang khusus di adakan untuk menyiarkan matapelajaran tertentu yang
berlandaskan dengan kurikulum yang teleh ditentukan dengan sekolah. Dalam
siaran ini target sasarannya adalah sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Dengan siaran jenis penonton akan mendapatkan pengaruh secara langsung seperti:
a. Menimbulkan keinginan kepada anak-anak
untuk mencoba menggali pengetahuan sesuai dengan pola pikir mereka
b. Membantu anak-anak atas suatu
pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami
c. Merangsang untuk menumbuhkan hasrat dan
menggali hubungan antar kegiatan belajar dengan keadaan sekitarnya.
d. Merangsang anak-anak untuk berkeinginan
menjadi seorang cendikiawan.
Siaran pendidikan sepanjang masa
berbeda dengan siaran pendidikan sekolah. Jika dalam pendidikan sekolah
berlandaskan kurikulum, siaran pendidikan sepanjang masa hanya berlandaskan
nilai-nilai pendidikan saja. Sasaran dalam klasifikasi siaran ini juga
merupakan masyarakat umum yang bebas menonton televisi.
Tujuan dari siaran ini adalah
mendorong penonton untuk terus belajar dalam ruang lingkup yang lebih luas
tentang berbagai macam aspek kehidupan seperti aspek sosial, seni,
sastra, home
economic dan hobi
Darwanto. 2011. Televisi sebagai
Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran
Azhar Arsyad.2006. Media Pembelajaran.Jakarta:
Rajawali Pers
Posting Komentar untuk "Optimasi Siaran Pendidikan"