Menjadi seorang Reporter | Pengalaman pribadi
Tahun 2012 lalu, saat masih duduk
di bangku kuliah saya sempat mendapatkan kesempatan untuk praktek lapangan
disalah satu stasiun televisi lokal di Yogyakarta. Saya sudah semester tujuh waktu itu. Siapa yang
sangka pengalaman praktek di stasiun televisi tersebut justru mengantarkan saya
mendapatkan pengalaman yang lebih besar sebagai reporter dan wartawan di
stasiun televisi yang sama.
Semasa kuliah hal yang menarik
bagi saya adalah dunia tulis menulis. Walau diakui saya tidak jago dalam
menulis. Saya hanya suka, ya suka saja. Berawal dari menuliskan puisi puisi
abstrak yang saya sendiri yang memahami isinya. Kemudian bergabung dalam
komunitas yang isinya adalah teman teman dan senior senIor yang sangat pandai
menulis. Diantara mereka bahkan tulisannya sudah sering mampir di media cetak
lokal bahkan nasional. Kerennya lagi ada yang lebih master, mereka sudah
menerbitkan buku dan karya mereka sendiri.
Bagi saya berkumpul dengan mereka
saja sudah sangat menyenangkan apalagi dapat berkarya bersama mereka.
Ok, kembali pada cerita awal.
Menjadi seorang wartawan adalah cita-cita masa SD saya. Kelas 3 SD tepatnya.
Guru saya waktu itu sedang menegur teman saya dihadapan kami sekelas waktu itu
dan mengatakan pada teman saya “kamu kalo terus banyak bicara dan bikin ribut
mending besok kamu jadi wartawan” . saya yang mendengarkan betul kata kata itu
jadi berpikir, enak sekali jadi orang yang sering ribut, bisa jadi wartawan dan
masuk Tv. Memori saya itu saya ingat sampai saya kuliah dan saya Aamin kan. Ini
adalah teguran yang salah sasaran.

Usai saya menyelesaikan skripsi,
kesempatan berkarir sebagai reporter sekaligus wartawan datang. Saya yang waktu
itu belum menjadi sarjana Utuh, belum selsesai kuliah. Mendaftar di stasiun
televisi ditempat saya praktek dulu. Tahap demi tahap saya lalui, seleksi
berkas, psikotes dan wawancara. Dan akhirnya saya bergabung menjadi salah satu
reporter di stasiun televisi lokal jogja. Berikut saya coba paparkan beberapa poin
yang saya dapatkan selama menjadi seorang reporter.
Ilmu Baru
Awal menjadi reporter saya tidak
langsung bekerja sendiri, ada senior yang saat ini sudah menjadi bagian dari
salah satu stasiun televisi nasional yang menjadi mentor saya. Setelah seminggu
saya baru mendapatkan kesempatan untuk fulldi amanahi kamera dan menulis
naskah. Sebelumnya saya sudah punya pengalaman yang sama di stasiun televisi
yang sama. Namun tetap saja rasanya beda. Saat ini tanggung jawab ada di
tangan saya. Selama training, ilmu yang di ulang seperti pembuatan naskah,
pengoprasian kamera dan kemudian bagaimana menghubungi narasumber menjadi
santapan utama. Walau memang hanya megulang ilmu yang pernah dipelajari,
rasanya tetap berbeda.
Teman baru
Di kantor, atau lingkungan baru
pasti kita akan menemukan teman teman baru. Itu pasti, tapi sebagai reporter
saya justru menemukan lebih banyak teman. Tidak hanya di kantor tapi juga teman
teman seprofesi bahkan tukang parkir di taman pintar pun bisa jadi teman baru.
Siapa saja yang dapat memberikan informasi adalah teman baru begitu cara pikir
saya.
Orang istimewa di tempat istimewa
Saya tidak berpenah berpikir akan
bertemu dengan Sultan Hemengkubuwono X secara langsung. Tapi selama jadi
reporter tidak hanya sultan yang saya bisa temui presiden juga bisa. Bayangkan
enaknya bertemu mereka. Selain itu sudah pasti bertemu dengan mereka tidak bisa
di tempat sembarangan kan. Mereka hanya bisa di temui di tempat tempat khusus
di waktu yang khusu buat mereka juga. Sebagai reporter dan wartawan saya bisa
merasakan itu.
Pengalaman tak terlupakan
Suatu ketika saya pernah
mendapatkan tugas untuk meliput teror Bom yang ada di sarjito waktu itu. Bom di
taruh di rumah sakit dan membuat banyak pasien menjadi panik. Saya dan teman
saya andrean yang waktu iitu menjadi kameramen saya justru merasa tertantang
dengan pengalaman itu. Belum lagi tugas istimewa liputan BOM adalah pengalaman
pertama bagi kami untuk membuat hard news. Pengalaman yang lain? Jelas lebih
banyak lagi.
Informasi Update dan terupdate
Di dunia dengan kecanggihan
informasi saat ini semua orang pasti dengan mudah bisa mendapatkan informasi
dengan cepat. Tapi sebagai wartawan
informasi yang di dapat akan lebih cepat lagi, bahkan sebelum informasi itu menjadi
viral di media sosial. Teman teman seprofesi memiliki grup bagik itu grup BBM
(jaman saya masih pake BBM) atau grup yang lainnya yang memang update tiap
saat. Ini yang membuat wartawan akan lebih dulu tau tentang sebuah berita dari
narasumber daripada nitizen lain yang
hanya tau lewat berita viral di media sosial.
Tanggung jawab moral besar
Dalam menyampaikan berita jelas
ada tanggung jawab besar di sana. Berita tersebut akan menjadi berita yang
benar di tangan wartawan atau reporter yang jujur. Tapi sebaliknya akan menjadi
berita abal abal di tangan reporter yang hanya mementingkan isi dompet. Pembaca
pasti tau maksud saya. Sebagai orang yang terdepan di perang informasi seorang
reporter harus benar benar mementingkan nilai dari sebuah berita.
Itu tadi beberapa poin penting yang saya ingat selama
menjadi reporter. Saya berpesan bagi yang saat ini berprofesi sebagai seorang
wartawan, saya ucapkan salut dan rasa hormat saya pada kalian. Karena saya
sudah pernah merasakan saya tau sulitnya mencari sebuah berita yang benar benar
berkualitas. Serta besarnya tanggung jawab moral yang kalian emban. Saya
berpesan agar tetap menjunjung tinggi nilai nilai jurnalis tetap jujur dalam
profesi sebagai seorang wartawan.
Posting Komentar untuk "Menjadi seorang Reporter | Pengalaman pribadi"